UAN SMA telah diumumkan hasilnya, dan seperti sudah banyak di kira orang - orang, ada suka dan ada duka. Banyak orang menentang UAN, tentu saja dengan alasan masing - masing yang sesuai dengan pendapatnya. Dan ada pula yang setuju dengan UAN juga dengan alasan masing - masing yang sesuai dengan pendapatnya pula.
Salah satu permasalahan dalam UAN adalah ketika banyak anak didik yang tidak bisa menerima bahwa dirinya tidak lulus. Ada yang kuat, dan ada juga yang mentalnya gak kuat. Alhamdulillah penulis tidak pernah merasakan tidak lulus UAN, tentu saja ini yang menyebabkan presepsi penulis tidak bisa berempati secara total untuk mereka yang tidak lulus. Karena empati yang dilakukan penulis cuma bisa merasakan sedikit dari pada yang dirasakan oleh anak yang benar - benar megalaminya.
Oke lah katakanlah UAN ditiadakan, jadi bagaimana tolok ukur untuk menukur suatu ketuntasan pendidikan ? Tolok ukur disini tentunya tolok ukur yang adil, yang bisa menilai bahwa anak layak disebut lulus.
Kalau menurut saya, UAN itu adalah sebuah ujian, jadi lulus dan tidak lulus adalah hal yang biasa, coba tanya para mahasiswa, kalau tidak lulus dalam sebuah mata kuliah itu biasa, kalau ada yang tidak lulus dalam UAN itu berarti ujian itu telah berfungsi dengan baik. Kalau inginnya lulus semua 100% ya ngapain diadakan ujian ?????? cuma buang buang uang sampai ratusan milyar.
Kembali ke pada tujuan pendidikan itu sebenarnya apa ? sebenarnya UAN itu sangat di butuhkan oleh bangsa kita, kata siapa dalam UAN cuma mengukurkecerdasan otak saja ? Padahal di UAN kecerdasan emosi juga diukur, -mohon maaf- ada kasus anak pintar tetapi tidak lulus dalam ujian UAN, secara intelegensi dia pintar, tetapi secara emosional, dia tidak bisa mengatasi tekanan mental yang ada. Jadi menurut saya UAN itu selain mengukur kecerdasan intelegensi, UAN juga secara tidak langsung mengukur kecerdasan emosional juga.
Disini yang sangat membuat anak didik cerdas secara mental juga dibutuhkan, toh dalam hidup nantinya yang akan mereka hadapi penuh dengan ancaman kegagalan. Baik dalam bisnis maupun Karir dan kehidupan lainnya, jika UAN ditentang habis habisan gara gara menyebabkan shok yang sangat berat bagi anak didik jika mereka tidak lulus, bagaimana kelak jika anak didik itu menghadapi kegagalan dalam hidupnya ????
Kalau ingin seratus persen lulus semua, ya sudahlah, jadikan aja pendidikan formal sebagai formalitas, toh sekolah tidak menjamin kerja kok, banyak penganguran dengan ijazah tinggi termasuk saya hehehehe...
Hidup itu pilihan, hari ini menentukan masa depan, tentu saja semua ada sebab dan akibat. berusahalah secara maksimal, toh kata seorang budayawan ternama, kita tidak boleh menjadi tuhan, karena kita hanyalah makhluk, dan usaha kita sebatas usaha sebagai seorang makhluk.
Jadi menurut saya UAN sangat diperlukan, bersikaplah legowo ketika kemampuan kita memang belum cukup untuk melewati tahap itu, itu adalah latihan, tidak selalu dalam hidup kita akan selalu menang, ada kalanya kita kalah, ada kalanya kita terjatuh, tetapi jika kita cerdas secara mental, insya Allah daya untuk bangkit lagi itu ada, kita bisa memulainya lagi untuk menuju tujuan kita, jangan jadikan anak-anak kita menjadi anak manja. Sayang sama anak bukan berarti memberikan apa yang dia inginkan, seperti ketika kepompong menjadi kupu, sang kupu perlu tenaga keras untuk keluar dari kepompong, jika melihat itu, biarkan... karena dalam usaha kerasnya itu ada proses yang akan membuat sang kupu bisa mengembangkan sayap indahnya.
Selalu ada rahasia yang tidak kita ketahui.
Salah satu permasalahan dalam UAN adalah ketika banyak anak didik yang tidak bisa menerima bahwa dirinya tidak lulus. Ada yang kuat, dan ada juga yang mentalnya gak kuat. Alhamdulillah penulis tidak pernah merasakan tidak lulus UAN, tentu saja ini yang menyebabkan presepsi penulis tidak bisa berempati secara total untuk mereka yang tidak lulus. Karena empati yang dilakukan penulis cuma bisa merasakan sedikit dari pada yang dirasakan oleh anak yang benar - benar megalaminya.
Oke lah katakanlah UAN ditiadakan, jadi bagaimana tolok ukur untuk menukur suatu ketuntasan pendidikan ? Tolok ukur disini tentunya tolok ukur yang adil, yang bisa menilai bahwa anak layak disebut lulus.
Kalau menurut saya, UAN itu adalah sebuah ujian, jadi lulus dan tidak lulus adalah hal yang biasa, coba tanya para mahasiswa, kalau tidak lulus dalam sebuah mata kuliah itu biasa, kalau ada yang tidak lulus dalam UAN itu berarti ujian itu telah berfungsi dengan baik. Kalau inginnya lulus semua 100% ya ngapain diadakan ujian ?????? cuma buang buang uang sampai ratusan milyar.
Kembali ke pada tujuan pendidikan itu sebenarnya apa ? sebenarnya UAN itu sangat di butuhkan oleh bangsa kita, kata siapa dalam UAN cuma mengukurkecerdasan otak saja ? Padahal di UAN kecerdasan emosi juga diukur, -mohon maaf- ada kasus anak pintar tetapi tidak lulus dalam ujian UAN, secara intelegensi dia pintar, tetapi secara emosional, dia tidak bisa mengatasi tekanan mental yang ada. Jadi menurut saya UAN itu selain mengukur kecerdasan intelegensi, UAN juga secara tidak langsung mengukur kecerdasan emosional juga.
Disini yang sangat membuat anak didik cerdas secara mental juga dibutuhkan, toh dalam hidup nantinya yang akan mereka hadapi penuh dengan ancaman kegagalan. Baik dalam bisnis maupun Karir dan kehidupan lainnya, jika UAN ditentang habis habisan gara gara menyebabkan shok yang sangat berat bagi anak didik jika mereka tidak lulus, bagaimana kelak jika anak didik itu menghadapi kegagalan dalam hidupnya ????
Kalau ingin seratus persen lulus semua, ya sudahlah, jadikan aja pendidikan formal sebagai formalitas, toh sekolah tidak menjamin kerja kok, banyak penganguran dengan ijazah tinggi termasuk saya hehehehe...
Hidup itu pilihan, hari ini menentukan masa depan, tentu saja semua ada sebab dan akibat. berusahalah secara maksimal, toh kata seorang budayawan ternama, kita tidak boleh menjadi tuhan, karena kita hanyalah makhluk, dan usaha kita sebatas usaha sebagai seorang makhluk.
Jadi menurut saya UAN sangat diperlukan, bersikaplah legowo ketika kemampuan kita memang belum cukup untuk melewati tahap itu, itu adalah latihan, tidak selalu dalam hidup kita akan selalu menang, ada kalanya kita kalah, ada kalanya kita terjatuh, tetapi jika kita cerdas secara mental, insya Allah daya untuk bangkit lagi itu ada, kita bisa memulainya lagi untuk menuju tujuan kita, jangan jadikan anak-anak kita menjadi anak manja. Sayang sama anak bukan berarti memberikan apa yang dia inginkan, seperti ketika kepompong menjadi kupu, sang kupu perlu tenaga keras untuk keluar dari kepompong, jika melihat itu, biarkan... karena dalam usaha kerasnya itu ada proses yang akan membuat sang kupu bisa mengembangkan sayap indahnya.
Selalu ada rahasia yang tidak kita ketahui.
No comments:
Post a Comment