Menahan Ego, Berpikir Menjadi Pelanggan

Yang namanya pertama kali terjan dalam sebuah bidang usaha atau kerja yang langsung berhadapan dengan pelanggan, kita harus pinter-pinter menahan Ego, berpikir dari sisi pemikiran pelanggan, dan apa yang pelanggan rasakan.

Beberapa waktu yang lalu saya melakukan kesalahan fatal untuk posisi saya sebagai seorang operator warnet, Saya sempat terpancing dengan lontaran kata-kata yang saya rasa menantang (karena waktu itu saya berpikir dengan ego), dan membat kami sampai saat ini kehilangan seorang pelanggan. Semoga untuk beberapa waktu kedepan, saya bisa memperbaiki kesalahan saya kepada orang tersebut dan membuat dia kembali mengunjungi tempat usaha kami, atau kalo tidak dia bisa tersenyum jika melihat saya.

Disinilah saya menyadari, bahwa jika manajemen sudah tertata dengan baik misalnya, dari manajer sampai back office sudah bekerja dengan baik pula, maka orang-orang yang langsung berhadapan dengan pelangganlah yang menjadi ujung tombak usaha kita.

Pelanggan butuh keramahan, pelanggan juga butuh penghormatan, karena "mereka beli" "mereka yang punya uang". Seandainya orang-orang yang langsung berhubungan dengan pelanggan tidak bisa bersikap ramah dan tidak bisa mengetahui apa yang dipikirkan pelanggan, setidaknya mencoba berempati dengan pemikiran pelanggan, maka kemungkinan besar manajemen yang baik dari orang-orang dibelakang layar akan sia-sia.

Jadi jika kita akan terjuan dalam sebuah usaha, toko misalnya, warnet misalnya, jangan kita bersikap sok kepada pegawai kita, karena mereka lah pilar ujung tombak untuk berjalannya usaha kita, karena sikap mereka yang langsung berhadapan dengan pelanggan, akan menentukan apakah pelanggan itu akan kembali kepada kita, atau berucap "DADAH BYE BYE" untuk usaha kita.

"Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rizki kepada siapa yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
QS. as-Syura (42) : 19"